Kamis, 2024-03-28, 5:59 PM

Pulsa Elektrik Termurah Jateng-Jakarta-Jogja-Jatim_Bandung

Detail Menu


Pulsa Elektrik
Download Gratis
Menu Utama
Free Backlink
Business Blogs
business blog Free Backlink Exchange-Tukar Link Sistema Enlaces Reciprocos Sistema Enlaces Reciprocos
Just copy this banner code to your website or blog:This program is a free automatic backlinks exchange services and free web traffic from other users. Everyone knows how important backlinks to get a high pagerank. Here, we offer a backlink for free and very fast for your sites. Copy the html code first, and then paste to your website or blog. To view your backlink you can click the image link from your website or blog. And well... your website url done and will be displaying in last references. If any visitors click this banner from your website or blog, your url backlink will be creating automatically in this website. Enjoy with this seo tricks.   

Recent Referer Backlinks

Backlink Friend

Free Automatic Backlink Free Automatic Backlink Kostenlose Backlink Austausch Cárdenas.net Free Backlinks DAHOAM Free Backlinks Linki Linki Free Backlinks ECBanner Die Gute Saat Free Automatic Link Die Gute Saat Free Automatic Link Free Backlinks Exchange Free Automatic Link kostenlose backlinks Free Automatic Link echange de liens Free Automatic Link Free Automatic Link Intercambio de enlaces Free Automatic Link Free Automatic Link Free Automatic Link Free Automatic Link Free Automatic Elvira Links Free Automatic Link Free Automatic Link Intercambio gratis de Enlaces Free Backlinks Free Backlinks Free Backlinks Free Backlinks Enlaces Gratis Unlimited Backlink Exchange Unlimited Backlink Exchange Free Backlinks Streichquartett Tradiciones Peruanas de Ricardo Palma














Streichquartett Automatic Backlink Exchange Free Automatic Link Multiple Backlinks


La Bonne Semence Free Automatic Link Plugboard Free Backlink Exchange
Web Link Exchange Text Backlink Exchanges Soqoo Link Exchange Text Back Link Exchange Text Back Links Exchange Text Back Links Exchanges backlink Hochzeitsmusik - Streichquartett backlink backlink Free Auto Backlink Generator Get a Free Backlink Florists Links top backlinks referers free Get a Free Backlink trafic backlinks Kostenlose Backlinks bei http://www.backlink-clever.de
SEO-Supreme Professional search tools for free referents backlinks backlinks refere free instant backlink for blog and website
[ New messages · Members · Forum rules · Search · RSS ]
  • Page 1 of 1
  • 1
Forum » Info Ilmu Kejawen » Pengetahuan Lain » Antara Lidah dan Sendok (Bagaikan lidah yang dapat merasakan setiap rasa sayur yang..)
Antara Lidah dan Sendok
dibyoDate: Kamis, 2009-10-08, 4:40 AM | Message # 1
Colonel
Group: Administrators
Messages: 154
Reputation: 0
Status: Offline
Antara Lidah dan Sendok

oleh Mas Kumitir

Antara Lidah dan Sendok
oleh: Y.M. Uttamo Thera *

Bagaikan lidah yang dapat merasakan setiap rasa sayur yang melewatinya, demikian pula orang bijaksana dapat mengerti Dhamma walaupun baru sejenak mengenalnya (Dhammapada Bala Vagga 65)

Di dalam Dhammapada dikatakan ada dua jenis perkenalan dengan Dhamma. Yang pertama adalah perkenalan biasa-biasa, selanjutnya tetap biasa-biasa saja. Diibaratkan seperti sendok. Sendok tidak pernah kepedasan. Tidak pernah begitu menyentuh lombok langsung berteriak kepedasan. Kenapa? Karena sendok tidak punya rasa. Menyendok sambal bisa, kuah juga mau. Apa saja boleh diambil dengan sendok. Menyendok yang baik dan menyendok yang jelek bisa pula. Sendok tidak bereaksi, karena dia tidak pernah merasakan rasa apapun yang menempel di tubuhnya.

Begitu juga dengan umat yang termasuk jenis ini. Datang ke vihara, ikut puja-bhakti, baca paritta, dan meditasi. Termasuk ngantuk dan melamunnya… Satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, satu bulan, dua bulan, setahun, dua tahun sampai sepuluh tahun mengenal Dhamma tetapi masih tetap biasa-biasa.

Ketika ditanya, setelah mengenal Dhamma selama sepuluh tahun apakah masih emosi? Jawabnya, masih. Apakah setelah mengenal Dhamma sudah bisa meditasi? Belum. Beginilah jenis yang pertama, selalu mengantarkan sayur ke dalam mulut, tapi tiada pernah merasakan.

Namun ada jenis perkenalan dengan Dhamma yang mulanya biasa-biasa, selanjutnya makin menggebu-gebu. Ibaratnya lidah. Lidah itu luar biasa. Seandainya satu butir nasi dimasukkan ke dalam hamburger yang kita makan, pasti kita akan dapat merasakan nasi itu. Karena lidah kita sudah terbiasa dengan rasanya, meskipun cuma satu butir. Itulah kehebatan lidah. Luar biasa!

Demikian pula dalam mengenal Dhamma. Menjadi umat Buddha bukan dilihat sudah berapa lama sudah jadi umat Buddha. Itu bukan jaminan. Tetapi, yang penting adalah sudah seberapa jauh kita merasakan nikmatnya Dhamma.

Sabbam rasam dhammaraso jinati. Dari seluruh rasa, rasa Dhammalah yang paling unggul (Dhammapada Tanha Vagga 354)

HANYALAH OBJEK

Sudahkah kita merasakan Dhamma? Sudahkah kita merasakan manfaat Dhamma dalam kehidupan kita sehari-hari? Perkenalan dengan Dhamma kadang hanya sejenak, perkenalan dengan Dhamma kadang hanya sepintas, kesannya itu. Nah, kita termasuk lidah ataukah sendok?

Kalau salah satu dari kita setelah mengenal Dhamma langsung merasakan manfaatnya, maka berbahagialah dia. Karena dia adalah “lidah” yang bermanfaat. Tetapi kalau sampai sudah duduk capek, namakara sampai dahinya hafal, ketika ditanya mengenai Agama Buddha masih tidak mengerti, kita mesti memperbaikinya karena masih kualitas sendok.

Darimanakah kita bisa mendapatkan Dhamma? Sebetulnya Dhamma ada di dalam kehidupan kita sehari-hari. Dhamma bukan hanya ada di buku-buku. Dhamma bukan hanya yang dibagikan oleh para bhikkhu. Satu contoh, kalau kita pergi ke vihara lalu melihat Buddharupang, maka itu sebetulnya adalah pelajaran Dhamma. Banyak orang yang sudah bernamakara berkali-kali kepada Sang Buddha tetapi nggak mengerti maksudnya. Kebiasaan? Wah, itu salah total!

Kebiasaan sebetulnya sering menimbulkan penyimpangan. Pernah di sebuah vihara terdapat kebiasaan aneh, setiap puja-bhakti harus ada anjing hitam yang diikat di bawah pohon bodhi di halaman vihara. Padahal, asal mulanya hanya karena Bhikkhu kepala vihara senang memelihara anjing hitam dan selalu mengikatnya ketika sang Bhikkhu melaksanakan puja-bhakti. Ketika Bhikkhu itu meninggal, kebiasaan tersebut diteruskan tanpa tahu alasannya. Itulah kebiasaan yang menyimpang. Kita juga sering begitu. Misalnya, ketika ditanya, kenapa bernamakara? Biar dapat berkah Sang Buddha? Oh….

Tidak ada pelajaran dalam Agama Buddha yang mengatakan bahwa dengan namakara bisa dapat berkahnya Sang Buddha. Tidak ada. Kita bernamakara, Sang Buddha tidak tersenyum. Kita tidak namakara, Sang Buddha tidak apa-apa. Tetapi bernamakara atau tidak, itu berhubungan dengan diri kita sendiri.

Pada saat kita bernamakara, sebetulnya pikiran, ucapan, dan perbuatan kita diarahkan kepada hal positif. Kita berusaha berkonsentrasi sehingga bernamakara tiga kali. Dengan bernamakara, kita membutuhkan waktu minimal setengah sampai satu menit untuk punya pikiran, ucapan, dan perbuatan benar. Kalau tiap hari melakukan kegiatan namakara, maka dalam satu bulan kita bisa punya tiga puluh menit pikiran, ucapan dan perbuatan benar. Satu tahun tiga ratus enam puluh menit.

Makin banyak kita namaskara, makin banyak kita menanam kamma baik. Patung Sang Buddha hanyalah sebagai obyek, sasaran, atau sarana kita untuk menanam pikiran, ucapan dan perbuatan benar. Begitu pula bernamakara pada seorang Bhikkhu. Itu bukan namakara buat Bhikkhunya. Bukan namakara sama jubahnya. Tetapi Bhikkhunya sebagai obyek untuk menanam kamma baik lewat pikiran, ucapan, dan perbuatan.

Ketika kita bernamakara pada Buddharupang, yang posisinya bumisparsa mudra, sebetulnya ini menunjukkan bahwa kita harus bertekad jangan sampai patah semangat sebelum mencapai cita-cita. Apapun yang menghalangi harus kita hadapi untuk mencapai tujuan akhir. Sebelum cita-cita tercapai jangan pantang mundur. Sekolah mau men-DO, tidak bisa. Kita harus berjuang keras sampai tidak ada kesempatan men-DO kita.

Kita harus bertekad, harus teguh, harus kuat. Kenapa? Karena kita melihat contohnya, Sang Buddha guru kita. Kalau guru kita berani bertekad kuat tidak akan beranjak dari meditasinya sebelum mencapai cita-cita (kesucian -red), maka kita pun juga sebagai murid-muridnya harus bisa. Ini adalah salah satu mudra. Ada banyak mudra, tapi yang diterangkan hanya satu mudra. Supaya kita sebagai umat Buddha tidak ada kata patah semangat. Harus selalu bersemangat. Kalau punya cita-cita, tetaplah teguh. Seperti yang dilakukan Sang Buddha.

SEKOLAH KEDUKUNAN

Lalu soal baca paritta. Tidak jarang di antara kita ada yang mau membaca paritta untuk hal yang aneh-aneh. Bhante, paritta apa supaya tidak digigit anjing? Baca saja “Semoga semua makhluk hidup berbahagia.” Kalau supaya nggak dicopet? “Semoga semua makhluk hidup berbahagia.” Itulah parittanya.

Kenapa? Kadang-kadang kita suka aneh-aneh. Supaya tidak digigit anjing pakai paritta ini, agar tidak dicopet baca paritta itu. Jadinya kita seperti menghapal “mantra-mantra”. Seperti sekolah kedukunan saja. Padahal Agama Buddha bukan begitu.

Sebenarnya membaca paritta juga mengarahkan kita supaya punya pikiran baik, ucapan baik, dan perbuatan baik. Sama seperti namakara tadi. Ini kalau kita tidak mengerti artinya. Tapi kalau mengerti, lain lagi.

Misalnya dalam paritta Abhinhapaccavekkhana disebutkan aku akan mengalami usia tua, aku belum bisa mengatasi usia tua, aku akan mati, dan aku belum bisa mengatasi kematian. Berarti kita bisa tua dan bisa meninggal. Padahal sekarang masih muda, masih belum meninggal. Mumpung masih muda, masih belum meninggal, kita harus mengembangkan kebaikan, belajar banyak paritta, belajar Dhamma, dan melaksanakannya dengan baik. Semangat hidup akan muncul untuk memanfaatkan setiap momen kehidupan dalam mengembangkan diri.

Inilah salah satu manfaat menjadi “lidah-lidah” Dhamma. Sebagai lidah, kita langsung bisa merasakan rasa asin, manis, dan asam. Demikian pula sebagai umat Buddha, walaupun baru sekali kita mengenal Dhamma tetapi kalau kita mengerti intinya bahwa Dhamma adalah pembawa semangat kehidupan, sehingga tidak akan pernah ragu, tidak pernah patah semangat, maka hidup kita akan selalu diisi dengan prestasi, hasil gemilang dari usaha dan perjuangan kita.

Jadilah lidah yang baik. Janganlah menjadi sendok yang tidak pernah mengetahui rasa makanan. Sehingga biar hanya sebentar mengenal Dhamma, bisa memanfaatkannya dengan baik. Semoga kita berbahagia di dalam Dhamma. Semoga semua makhluk baik yang tampak maupun yang tidak tampak memperoleh kebaikan dan kebahagiaan sesuai dengan kondisi kammanya masing-masing.

*Y.M. Uttamo Thera adalah Ketua Yayasan Dhammadipa Arama cabang Blitar & Webmaster Samaggi Phala

Naskah disampaikan di Cetiya Karuna Dipa, Surabaya dan pernah dimuat di Lembaran VIJJA KUMARA No. 3/I/97.

 
Forum » Info Ilmu Kejawen » Pengetahuan Lain » Antara Lidah dan Sendok (Bagaikan lidah yang dapat merasakan setiap rasa sayur yang..)
  • Page 1 of 1
  • 1
Search: