Stres : Teman Tapi Musuh Jika seorang behasil menaklukkan 1.000 musuh dalam 1.000 peperangan,
dan seorang yang satu lagi berhasil menaklukkan dirinya sendiri,
ia adalah penakluk yang sesungguhnya ( Buddha, 563-483 SM )
Seusai perang Badar,
para sahabat dengan gembira merayakan kemenangan,
Rasulullah Muhammad menegur, perang itu baru perang kecil.
”Lalu perang apa yang besar ?” Tanya para sahabat.
”Perang melawan hawa nafsu,” jawab Rasul ALLAH (Hadits Nabi)
Saudara-Saudaraku,
Sebelum Anda memulai membaca tulisan-tulisan sederhana dalam buku ini, saya mengajak Anda untuk bersama-sama bertanya pada diri sendiri dengan satu pertanyaan umum : Apakah saya stres ? Apakah hidup saya selalu diliputi kekhawatiran akan hari depan ? Apakah hidup saya selalu dihantui dengan rasa gelisah akibat kenyataan tidak berjalan sesuai dengan harapan kita ? Tentunya jawaban atas semua pertanyaan tersebut berpulang pada kita masing-masing.
Dalam situasi yang semakin dinamis, dimana percepatan perubahan semakin meningkat dengan signifikansi yang sangat radikal. Sehingga membuat tekanan-tekanan eksternal yang sulit diimbangi dengan daya adaptabilitas internal, alhasil streslah yang didapat.
Manusia yang hidup di era milenium informasi seperti kita sekarang, semakin jarang dan tidak mudah untuk dapat menikmati apa itu : ketenangan, kedamaian atau kebahagiaan. Pertanyaan menggelitik dari sobat saya : Di Era sekarang ini, Apakah Anda memiliki perasaan damai di dalam hati, perasaan aman tentang masa depan, dan perasaan antisipasi ketika Anda bangun di pagi hari ?
Kalau kita mau jujur, maka kita akan menjawab : Bagaimana saya bisa damai di hati, merasa aman dengan masa depan saya, dan punya perasaan antisipasi dalam kondisi yang serba chaos seperti sekarang ? Spontan kita menjawab saya jadi sering stres dibuatnya.
Stres : Apaan Tuh ?
Stres terjadi jika, beban yang diterima melebihi kemampuan maksimum untuk menahan beban atau daya tahan maksimum dalam menahan beban. Secara universal, stres terkait dengan dua bentuk keadaan psikis : kekhawatiran dan kesedihan. Kekhawatiran adalah hasil dari respon terhadap sesuatu yang belum terjadi dan susah/ tidak dapat diprediksi kejadiannya sebelumnya. Kekhawatiran terkait dengan dimensi waktu mendatang dan tingkat ketidak-pastian. Semakin tidak pasti semakin membuat orang cemas dan gelisah (semakin tinggi tingkat kekhawatiran yang ditimbulkan).
Sementara, kesedihan berhubungan dengan dimensi waktu masa lalu. Kesedihan terkait dengan sikap seseorang atas sesuatu yang telah terjadi. Kesedihan berelasi dengan sejauh mana kenyataan sesuai dengan harapan. Biasanya, semakin besar gap antara kenyataan dan harapan, seseorang semakin kecewa dan tidak puas (semakin tinggi tingkat kesedihan yang ditimbulkannya). Kekhawatiran dan Kesedihan itulah wajah dasar stres.
Sebenarnya, apakah yang menyebabkan stres ?
Pertanyaan ini sangat sulit dijawab. Sebab, hal-hal yang menimbulkan stres bagi seseorang belum tentu menimbulkan stres bagi orang lain. Kalau mau diteliti secara mendalam dan diperinci secara mendetail, kita akan menemukan daftar hal-hal yang menjadi penyebab stres sangatlah panjang. Namun pada dasarnya dapat disimpulkan secara sederhana mengenai sumber dan penyebab stres atau stresor secara umum, yaitu antara lain adalah :
Pertama, yang paling jelas adalah bahwa tingkat dampak stres akan sangat ditentukan oleh sikap hidup masing-masing individu dalam menanggapi situasi dan kondisi. Contohnya, sikap orang dalam menghadapi hinaan atau cacian orang tentunya sangat akan sangat berbeda-beda : ada yang tenang dan menganggapnya sebagai hal yang biasa-biasa saja, sementara yang lain menanggapi dengan serius sampai menusuk perasaannya dan menimbulkan ketidak tenangan. Sikap hidup menentukan daya tahan seseorang dalam menerima stres.
Kedua, keadaan lingkungan akan sangat menentukan tingkat dampak stres. Contohnya, suara ribut yang berasal dari ruang kantor sendiri akan lebih dapat ditoleransi daripada yang berasal dari ruang kantor orang lain.
Ketiga, hal yang telah diketahui/ diprediksikan/ diharapkan sebelumnya akan kurang mengganggu daripada hal yang tidak diketahui/ diprediksikan dan tidak diharapkan datangnya tiba-tiba muncul/ terjadi. Kejadian yang tidak diketahui sebelumnya apabila terjadi dan kejadiannya tidak sesuai dengan harapan akan menimbulkan stres yang lebih besar.
Keempat, dan mungkin yang terpenting adalah tingkat kemampuan seseorang untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Seorang yang mempunyai kemampuan untuk permasalahannya akan lebih tenang dalam menghadapi masalah jika dia tahu bahwa dirinya akan mampu mengatasi masalah tersebut.
Sedangkan stressor pekerjaan yang paling banyak dijumpai dikalangan pekerja secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal pada stres kerja mencakup hal-hal disekitar lingkungan dan organisasi, sedangkan faktor internalnya adalah berasal individu. Sumber-sumber potensial stres tersebut adalah : Pertama, faktor Lingkungan ; ketidakpastian ekonomi, ketidakpastian politik, ketidakpastian teknologi. Kedua, faktor Organisasi ; tuntutan tugas, tuntutan sarana, tuntutan antar personal, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi, tahap perkembangan organisasi. Ketiga, faktor Individu ; masalah keluarga, masalah ekonomi, masalah kepribadian.
Apapun bentuk stressor, kalau kita renungkan secara jernih -akar stres atau dukka adalah “ego” kita sendiri. Semakin kita berusaha memuaskan “ego”, maka “ego” kita akan semakin besar dan semakin haus akan kepuasan. Nafsu “ego” kita tidak akan pernah terpenuhi, dan karena itulah frustasi manusia tidak akan terhindarkan. Artinya manusia sudah pasti semakin cenderung kita terperangkap dalam stress.
Berbicara mengenai stres, satu hal yang pasti adalah : kita sama sekali tidak dapat menghindari stres. Dalam kehidupan ini kita tidak mungkin menolak datangnya dukka (derita/ kesedihan). Seperti dijelaskan Budda, bahwa : ”Kelahiran diwarnai kesakitan, menjadi tua menyedihkan, penyakit menyengsarakan, kematian menyakitkan. Bersatu dengan orang yang tidak kita sukai menyakitkan, terpisah dengan yang dicintai menyedihkan, dan semua hal yang tidak memuaskan terasa menyakitkan. (Yutang 1942, 361)”
Realitasnya adalah, bahwa mau tidak mau stres adalah teman kita, karena kehadirannya tidak dapat ditolak dalam keseharian kita : Sebab, hampir semua hal yang kita temui dalam hidup ini dapat menjadi sumber stres potensial. Namun demikian ia bukanlah teman yang baik, karena ia membawa dampak yang tidak baik bagi hidup kita. Stres sesungguhnya adalah musuh hidup kita.
Dampak Stres Terhadap Tubuh
Fakta berbicara bahwa : Sembilan puluh persen dari semua masalah kesehatan ditimbulkan atau diperoleh dari stres (Hutapea, 1993). Stres yang tidak segera ditanggulangi akan menyebabkan kerusakan jiwa dan tubuh. Dampak stress yang tidak tertanggulangi bersifat kumulatif, artinya dampak stress yang dibiarkan begitu saja akan saling menambah dan menumpuk. Dan semakin menimbulkan kerusakan jiwa dan tubuh. Kerusakan ini akan tampak dalam bentuk kelainan dan penyakit seperti ; sakit kepala berupa tegang saraf dan migraine, sakit punggung bawah, insomnia, maag, hipertensi dan menurunnya daya tahan tubuh.
Dalam keadaan normal, bagian-bagian tubuh relative tidak terdapat ketegangan secara berlebihan. Akibat dari aktivitas yang sibuk sementara istirahat tidak cukup memadai; pola tidur, duduk, berdiri dan bergerak lainnya yang tidak tepat; postur tubuh yang tidak baik; pemakaian baju, celana dan sepatu yang terlalu ketat; lingkungan yang tidak sehat (seperti terlalu sering di ruang ber AC) ; tidak cukup minum air, serta pola hidup lainnya yang menyimpang merupakan sumber penyebab ketegangan (stres) fisik.
Tidak hanya sebab fisik, stres justru sering kali disebabkan oleh hal-hal yang bersifat psikis seperti misalkan ; perubahan yang terlalu cepat dengan tingkat turbulensi sangat tinggi, tekanan pekerjaan yang berat, konflik, situasi yang menekan, dan sebagainya. Semuanya merupakan sumber stress yang potensial. Penelitian modern telah menunjukkan bahwa kondisi psikologis berdampak langsung pada kondisi tubuh. Bila anda menjalani hidup yang utuh dan menggembirakan, secara fisik anda merasa lebih baik, dan bila hidup anda penuh kesedihan dan sakit secara psikis, tubuh andapun mengetahuinya, ikut menjadi sedih dan fisikpun akan sakit.
Stres tidak sekedar urusan fisik
Bericara lebih jauh tentang stres, kita akan memasuki area yang lebih dalam dengan diri manusia. Stres dan dampaknya tidak hanya menyangkut fisiologis saja, akan tetapi juga menyentuh dimensi manusia yang lebih esoterik : pikiran, hati (emosi) dan jiwa.
Setiap aktivitas hidup manusia tidak hanya melibatkan tubuh saja, tetapi juga menuntut keterlibatan pikiran (mind). Sebagai mana tubuh, setiap saat pikiran melakukan aktivitas-aktivitasnya seperti : menyimpan kesan, mengolah kesan, mengingat, merespon kesan, berimajinasi, melakukan analisa, sintesa bahkan berdialektika mencipta produk-produk kreatif atau memecahkan masalah. Layaknya tubuh, aktivitas pikiran yang sangat tinggi jika tidak diimbangi dengan istirahat cukup juga akan menimbulkan ketegangan pikiran (mind stress).
Ketegangan pikiran jika dibiarkan berlarut-larut akan menimbulkan lemah ingatan, sulit dalam berkonsentrasi, susah berpikir, mengalami gangguan susah tidur dan seringkali menimbulkan mimpi-mimpi buruk saat tidur. Kecerdasan Intelektualnya (IQ) dapat menjadi menurun.
Stres dengan dimensi yang lebih tinggi dari pikiran adalah stres emosi (emotional stress) atau stres hati. Stres emosi atau stres hati terjadi ketika hati dikuasai oleh nafsu atau emosi-emosi negatif seperti : iri hati, egois, kesombongan, kemarahan, ketergesa-gesaan, kebohongan, pamrih yang berlebihan, hedonis dan sejenisnya. Stres emosi menyebabkan hati menjadi sedih, gelisah dan tidak tenang. Dapat juga menyebabkan hati menjadi bebal atau sensitivitasnya terhadap hal-hal positif menjadi menurun. Dengan kata lain Kecerdasan Emosionalnya (EQ) nya menjadi rendah.
Tidak hanya itu, emosi-emosi negatif juga berdampak pada kesehatan tubuh. Kemarahan misalnya, akan sangat berat bagi organ-organ lever Anda; ditinjau dari sudut pandang kedokteran timur; kemarahan dapat menghancurkan sel-sel hati. Kesedihan dapat berbahaya bagi sel-sel hipokampus di otak, meningkatkan resiko penyakit Alzheimer. Kesedihan juga dapat mempengaruhi darah dan menjurus ke leukimia dan penyakit lain yang berkaitan dengan darah. Iri hati dapat merusak kelenjar tiroid.
Ketidak Tenangan Jiwa : Stres Jiwa
Stres atau ketidak tenangan jiwa (soul stress) terjadi jika Jiwa diperbudak/ terbelenggu oleh kesadaran tubuh, pikiran dan emosi semata. Jiwa yang rileks/ tenang atau sehat adalah jiwa yang menyadari fitrahnya asalinya (eksistensi sejatinya ) : “Bahwa ia berasal dari TUHAN oleh karena itu ia sadar bahwa ia harus dekat dan harus kembali ke pada TUHAN“. Jiwa yang sehat (tenang) atau jiwa yang bebas dari stres adalah jiwa yang hidup dengan kesadaran berke-TUHAN-an. Jiwa yang demikian sadar betul, bahwa nature-nya (fitrahnya) di ciptakan dari fitrah ALLAH oleh karena itu selalu berusaha untuk meng-“In-Line” kan dirinya (tubuh, pikiran, emosi dan jiwanya) dengan nature (Fitrah) ALLAH.
Salah satu ciri dari, Jiwa yang berke-TUHAN-an adalah jiwa yang bersih dari beban-beban dosa. Dosa-dosa yang kita lakukan akibat memuaskan nafsu belaka akan memberikan bekas pada jiwa dan membuatnya menjadi beban/ ketegangan atau stres bagi jiwa. Untuk menghindari stres jiwa yang diakibatkan oleh dosa-dosa, tidak ada cara yang lebih efektif kecuali dengan menghindarkan diri dari melakukan perbuatan dosa. Karena, “Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal Kebajikan dan nasehat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Qur’an Al Ashr : 2-3).
Lalu bagaimana dengan diri kita yang susah penuh dengan dosa ?
Dosa adalah sumber penderitaan jiwa, stres jiwa, karena dampak dosa selalu membuat beban bagi jiwa kita. Oleh karena itulah, bagaimanapun sebisa mungkin harus dibersihkan. Apabila kita sudah terlanjur melakukan banyak dosa, maka tidak ada cara lain untuk melepaskan stres jiwa akibat beban-beban dosa , “ Dengan kembali ber”TAUBAT” kepada-NYA.
Stres ! oh Stres ! : Teman tapi Musuh
Sungguh celakanya kita, ternyata dalam keseharian hidup ini : kita selalu ditemani oleh musuh kita yang dinamakan stres. Teman tapi musuh kita ini begitu menyeramkan dan merenggut setiap kebahagiaan yang seharusnya kita dapat nikmati. Begitu mencekamnya stres bagi manusia, membuat penderitaan yang ditimbulkannya serasa tidak ada ujung akhirnya, seolah tidak ada lagi harapan bagi kita untuk hidup bahagia. Seolah kita berada di jalan tanpa pintu keluar menuju kematian.
Tidak adakah cara untuk melepaskan Anda dari jeratan stres ?
Banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk melepaskan stres. Diantaranya dengan melupakan akar masalah penyebab stres (stressor) melalui cara-cara instan seperti minum obat penenang, merokok, minum kopi dalam jumlah tak wajar atau minum-minuman keras, cara fly dengan mengkonsumsi narkoba, mengalihkan emosi pada penghamburan nafsu seks liar. Tetapi semua ini memberi pengaruh yang merusak kesehatan dan akan menambah tingkat stres saja. Perlu diingat : obat penenang hanya membantu untuk sesaat saja efeknya merusak sistem saraf, merokok berarti memasukkan nikotin ke tubuh dampaknya merusak paru-paru dan juga memberikan peluang bagi serangan jantung, pendarahan otak, kanker mulut, kanker kerongkongan, kanker kandung kencing dan ginjal serta maag. Sementara, hampir seluruh ahli gizi dan dokter setuju tentang efek kafein terhadap stres. Mereka sepakat bahwa kafein dalam jumlah yang besar akan memperparah stres.
Alkoholisme akan merusak sistem enzim pengatur dalam tubuh dan menyebabkan melemahnya self control, kita harus sadar bahwa : tidak ada “jumlah alkohol” yang aman untuk diteguk. Kokain yang membawa anda pada : Suatu “Penerbangan” yang tidak akan membawa siapapun kemana-mana : akan membawa akibat paling buruk dengan kematian yang tiba-tiba karena gagal jantung. Seks liar dan bebas : secara mental akan merusak Anda belum lagi resiko-resiko terkena penyakit mematikan seperti AIDS.
Ada cara lain yang sehat, etis dan aman, tapi mahal
Ada cara lain untuk melepaskan stres secara lebih sehat, etis dan tidak membawa dampak buruk bagi kesehatan misalkan, menenangkan diri dengan mendengarkan musik, mandi spa, pijat, senam atau mengikuti berbagai bentuk program rekreasi lainnya. Namun metode-metode ini, kebanyakan bersifat eksklusif dan membutuhkan pengeluaran biaya yang tidak sedikit (mahal). Metode-metode yang sifatnya eksklusif dan membutuhkan biaya yang mahal, menyebabkan tidak semua orang dapat melakukan dan menikmatinya.
Padahal, bukankah semua orang bisa stres, tidak pandang bulu berpendidikan atau tidak, kaya atau miskin. Apalagi kalau sudah urusan membayar, tidak semua orang punya duit. Dan tidak setiap orang dapat mengikuti eksklusifitas metodenya. Orang stres tentunya juga banyak dijumpai pada tataran masyarakat bawah, dan sebagai manusia sama seperti orang kaya tentunya juga butuh cara untuk melepaskan stresnya.
Karena siapapun ingin bahagia : Tidak adakah cara untuk melepaskan stres yang mudah, murah dan dapat dilakukan oleh siapapun ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya mengajak pembaca untuk menyimak pengalaman saya pada bab-bab berikut tentang : Bagaimana melepaskan stres dengan cara yang mudah, murah dan dapat dilakukan oleh siapapun.
Mudah-mudahan metode-metode sederhana yang saya paparkan dalam bab demi bab di bukku ini bermanfaat bagi Anda semua. Anda dapat mempraktekkannya sendiri dan merasakan hasilnya. Sehingga Anda dapat menemukan kembali saat-saat damai yang tenang. Dengan menemukan saat-saat damai seperti ini mudah-mudahan dapat membantu Anda membangun kembali hidup Anda, dengan sadar memurnikan kembali aura diri Anda, dan mulai menjalani hidup yang Anda inginkan. Selamat mencoba.
Bhre Tandes